Pada masa itu, Mbah Jogoreso terkenal sebagai seorang wali yang nyentrik. Bila menemui tamu yang dating ke rumahnya, selalu berpakaian sedapatnya, terkadang tidak memakai baju, bahkan kain sarungnya pun tidak jarang tersingkap menampakkan auratnya. Ketika Gus Miek yang sowan, Mbah Jogoreso berpakaian sangat rapi bahkan duduk dan bertutur kata pun sangat sopan.
Bila ada orang yang akan dekat dengan Allah, atau orang itu akan menjadi orang yang besar, tamu itu akan diuji dengan sesuatu yang tidak menyenangkan oleh Mbah Jogoreso. Tetapi, bila akan mengalami keburukan atau menjadi orang durhaka akan diuji dengan sesuatu yang menyenangkan.
Suatu hari, Gus Miek bersama Hamim Hasyim, Kemayan, Kediri, menemui Mbah Jogoreso, Gus Miek ditempeleng dengan sangat keras oleh Mbah Jogoreso sehingga pipinya tampak memerah. Gus Miek kemudian mundur agak menjauh dari Mbah Jogoreso. Tetapi, Nyai Jogoreso yang saat itu berada di samping pintu justru menyuruh Gus Miek maju.
“Gus, sampean maju lagi,” kata Nyai Jogoreso.
Gus Miek pun maju lagi lebih dekat, tetapi kembali ditempeleng lebih keras lagi sehingga matanya tampak berkaca-kaca menahan sakit. Gus Miek mundur, tetapi Nyai Jogoreso kembali menyuruhnya maju, bahkan lebih dekat lagi. Kembali Mbah Jogoreso menempeleng Gus Miek untuk yang ketiga kali, sehingga wajahnya tampak semakin merah. Setelah ditempeleng untuk yang ketiga kalinya, dan Gus Miek berniat maju lagi, Nyai Jogoreso mencegahnya.
”Sudah, Gus. Sudah cukup,” kata Nyai Jogoreso.
Ketika akan berpamitan pulang, Mbah Jogoreso memeluk Gus Miek cukup lama.
Pada kesempatan yang lain, Gus Miek bersama KH. Hamid Kajoran berkunjung ke Watucongol.
“Mbah, mari ke Gunungpring!” ajak Gus Miek kepada KH. Hamid Kajoran.
“Mari,” jawab KH. Hamid.
Tiba di Gunungpring waktu hampir Ashar. Menaiki tangga jalan menuju makam yang panjang dan mendaki, Gus Miek menyuruh Sunyoto memapah KH. Hamid Kajoran. Di makam KH. Dalhar, Gus Miek memimpin tawasulan dan doa.
“Mbah, mari ke Mbah Jogo,” ajak Gus Miek kepada KH. Hamid Kajoran.
KH. Hamid pun mengiyakan. Tiba di ruamh Mbah Jogoreso, Gus Miek tiba-tiba menyelinap entah kemana, sementara KH. Hamid Kajoran dan Mulyadi sudah telanjur masuk, sementara Sunyoto hanya ada di luar menunggu Gus Miek. Tampak KH. Hamid duduk berbincang dengan Nyai Jogoreso dengan menunduk penuh hormat, sementara Mulyadi hanya diam saja.
Tiba-tiba Gus Miek masuk tanpa memakai peci, menepuk lutut Nyai Jogoreso yang saat itu duduk di kursi di seberang KH. Hamid.
“Mbah, saya akan berdoa, diamini ya?” kata Gus Miek, lalu berdoa sambil tetap berdiri. Nyai Jogoreso mengamini doa Gus Miek dan menjerit-jerit menyebut nama Allah, membuat Mulyadi dan Sunyoto merinding mendengarnya.
Sabtu, 16 Oktober 2010
Gus Miek Bertemu Mbah Jogoreso
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar